Ini Tiga Ciri Utama Pesantren Menurut Menteri Agama

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat berjabat tangan dengan Pengasuh Pesantren Darur Rahman KH Syukron Makmun (santrinews.com/kemenag)
Jakarta – Sudah semua maklum bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang menjadi tempat para santri belajar ilmu-ilmu agama. Namun, ada tiga ciri utama lain pondok pesantren yang menjadikannya mempunyai peran yang luar biasa bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Demikian ditegaskan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, saat menyampaikan sambutan pada Tasyakuran Setengah Abad Pondok Pesantren Pabelan, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu, 29 Agustus 2015.
“Di tengah keragaman pesantren, setidaknya ada tiga ciri utama pesantren yang luar biasa pengaruhnya bagi Indonesia, sebagai sebuah bangsa yang sangat besar,” kata Lukman Hakim.
Menurut Lukman, tiga ciri utama pondok pesantren, yaitu: pertama, semua pondok pesantren selalu mengajarkan paham Islam yang moderat. “Ini sesuatu yang patut kita syukuri. Jadi kajian Ilmu kalamnya, teologinya, fiqihnya, tasawufnya, semuanya itu pada titik moderasi dari berbagai macam kutub ekstrim yang ada dalam hasanah pemikiran Islam yang begitu luas spektrumnya,” tegasnya.
Karenanya, lanjut Menag, Islam yang akan dikembangkan di Indonesia melalui pondok pesantren adalah paham Islam yang moderat. Ini adalah sesuatu yang sangat penting dalam konteks keIndonesia-an.
Ciri kedua, keluarga besar pesantren, tidak hanya tercermin dari para pimpinan atau kyainya, tapi juga para santrinya, memiliki jiwa besar dalam mensikapi keragaman. Mereka tidak mudah terpancing untuk melihat persoalan secara hitam putih atau mudah menyalah-nyalahkan.
“Pesantren begitu arif mengajarkan bagaimana santri tidak hanya memahami perbedaan tapi bagaimana menyikapi perbedaan. Karena santri yang datang ke pesantren berasal dari berbagai daerah, tradisi, budaya, kajian-kajiannya pun penuh keragaman,” paparnya.
Ciri ketiga, setiap pesantren selalu mengajarkan cinta Tanah Air. Hanya di wilayah, daerah, dan negara yang damai sajalah syariat Islam, nilai-nilai kebajikan bisa dijalankan dengan baik. Maka kata Menag, kewajiban untuk menjaga dan memelihara Tanah Air merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap muslim, bahkan menjadi ukuran kualitas keimanan seseorang.
“Jadi cinta Tanah Air inilah yang pada akhirnya memiliki peran yang sangat signifikan dalam ikut menjaga negara bangsa Indonesia tercinta ini sehingga faham yang berkembang di Idonesia memiliki kekhasannya dibanding nilai-nilai Islam yang berkembang di Timur Tengah, Afrika, juga di Eropa, dan belahan bumi lainnya,” tuturnya.
“(dengan tiga ciri utama ini) Pondok pesantren mempunyai pengaruh yang luar biasa bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,” tambahnya.
Kepada para santri generasi penerus bangsa, Menag mengajak untuk menjaga amanah warisan nilai-nilai yang sangat baik ini. “Suatu saat kita transformasikan, kemudian hasilnya diserahkan kepada generasi-generasi yang akan dating,” pungkasnya. (shir/onk)