Muktamar NU

Pemilihan Rais Aam PBNU, Santri Kawal Sistem Ahwa

Deni Mahmud Fauzi (santrinews.com/dok)

Surabaya – Pro kontra sistem Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) dalam pemilihan Rais Aam Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) terus menggelinding. Ahwa memang menjadi perdebatan terhangat menjelang Muktamar ke-33 NU di Jombang, 1-5 Agustus nanti.

Menurut Koordinator Santri Tulen NUsantara, Deni Mahmud Fauzi, model pemilihan Rais Aam melalui sistem Ahwa sebenarnya tidak perlu diperdebatkan lagi. Sebab, Munas Alim Ulama NU di Jakarta 15 Juni lalu sudah menyepakati sistem Ahwa.

“Karena itu, sebagai warga NU kami memiliki kewajiban untuk mengawal hasil Munas Alim Ulama NU itu,” kata Deni, di Surabaya, Rabu, 24 Juni 2015.

Seluruh kader NU, baik struktural maupun kultural, menurut Deni, memiliki kewajiban yang sama dalam memperjuangkan hasil kesepakatan para ulama pada forum Munas NU tersebut. “Terutama juga para peserta muktmar nanti,” tegasnya.

Mantan sekretaris umum Pengurus Koordinator Cabang PMII Jawa Timur ini menilai, penolakan terhadap sistem Ahwa tidak luput dari upaya pihak yang berkepentingan dalam pemilihan Rais Aam PBNU.

Deni justru khawatir bila pemilihan Rais Aam tetap dilakukan secara langsung melalui voting, NU akan mudah ditunggangi kepentingan politik.

“Jika NU masih tetap mempertahankan sistem pemilihan langsung, NU tak ubahnya dengan partai politik,” tandasnya.

Selain itu, sambung Deni, Ahwa adalah model pemilihan kepemimpinan yang ideal, apalangi bila melihat situasi politik di Tanah Air belakangan ini. “Konsep Ahwa sangat kontekstual dan telah menjadi tradisi bangsa Indonesia sejak dulu, yakni musyawarah mufakat. Jadi tidak ada yang perlu dipermasalahkan,” pungkasnya. (ali/onk)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network