Muktamar NU
KH Hasyim Kritik Sistem Pemilihan Ahwa, Gus Ipul: Ini Justru Hindari Perpecahan Kiai
H Saifullah Yusuf (santrinews.com/hady)
Surabaya – H Saifullah Yusuf yang akrab disapa Gus Ipul menilai sistem pemilihan “ahlul halli wal aqdi” (AHWA) atau sistem perwakilan untuk musyawarah mufakat untuk menentukan Rois Aam pada Muktamar ke-33 NU mampu menghindari perpecahan kiai.
“Sistem seperti ini menghindarkan kiai dari forum dukung-mendukung seperti yang jamak dilakukan dalam pemilihan kepala daerah,” kata Gus Ipul, di Surabaya, Senin, 11 Mei 2015.
Ketua PBNU yang juga ketua panitia daerah Muktamar ke 33 NU ini juga mengaku pemilihan sistem AHWA bukan dimaksudkan mengurangi derajat kepemimpinan Rois Aam, namun justru membedakan tidak seperti Pilkada.
“Saat ini partai politik saja sudah musyawarah mufakat, masa NU tetap pemilihan langsung?,” tukas pria yang juga Wakil Gubernur Jatim tersebut.
Menurut dia seperti dilansir Antara, NU itu merupakan kebangkitan ulama sehingga jangan sampai hanya karena pilihan menjadikan antarkiai berseberangan.
“Sistem ini juga akan menunjuk beberapa kiai sepuh untuk bermusyawarah dan menentukan sendiri siapa di antara mereka yang akan didapuk menjadi Rois Aam,” ujarnya.
Pernyataan Gus Ipul tersebut untuk menanggapi komentar Rais Syuriah PBNU KH A Hasyim Muzadi yang mengatakan bahwa peran ulama NU akan direduksi dengan sistem pemilihan AHWA dalam menentukan Rais Aam.
“Saya bukan menolak AHWA, tapi saya menolak akibat penerapan AHWA itu. Kalau AHWA diterapkan untuk Rais Aam, tapi Ketua Umum (tanfidziah) dipilih langsung maka legitimasi ketua umum akan lebih tinggi. Kalau Muktamar Situbondo itu semuanya (syuriah dan tanfidziah) dengan AHWA dan ada momentum Asas Tunggal Pancasila,” katanya.
Selain itu, posisi mustasyar (penasehat) dan awan (dewan pakar) juga akan dihilangkan yang dinilai membuat hubungan historis pengurus NU dengan leluhur NU akan hilang dan awan yang hilang akan menyulitkan para ulama memahami zaman.
“Oleh karena itu, pelemahan NU dari dalam dan luar itu harus dicegah. Tidak penting siapa yang memimpin NU, tapi kita harus mencari siapa yang bisa menyelamatkan NU secara akidah, syariah, manhaj, moralitas, dan trust,” katanya.
Muktamar ke-33 NU akan dilaksanakan di Jombang, Jawa Timur, pada tanggal 1-5 Agustus 2015 mendatang. (jaz/ahay)