Syuriah Pemilik Otoritas Tertinggi di NU

Jombang – Ketua PWNU Jawa Timur, KH M Hasan Mutawakkil Alallah mengingatkan bahwa hal mendesak yang harus terus dilakukan pengurus adalah dengan menata organisasi, melakukan perencanaan program kerja sesuai kebutuhan masyarakat setempat.

“Yang pasti, keberadaan aktifis harus bisa menata agar NU bisa lebih baik,” ujarnya, saat memberikan arahan kepada peserta Musyawarah Kerja (Musker) III PCNU Jombang di Pondok Pesantren Darul Ulum Kepuhdoko Tembelang, Ahad, 25 Januari 2015.

Hal itu disampaikan Kiai Mutawakkil mengingat tantangan NU saat ini tidak semata dalam hal aqidah, melainkan juga hubungan kemasyarakatan yakni dengan menjaga sikap tasamuh, tawassuth serta i’tidal. “Inilah Islam yang diwariskan para salafus shalih,” terangnya.

Di hadapan Ketua PBNU sekaligus Wakil Gubernur Jatim, H Saifullah Yusuf dan undangan, Kiai Mutawakkil kembali mengingatkan pola hubungan antara syuriah dan tanfidziyah.

“NU itu ibarat pesantren,” katanya. Dalam artian pemilik otoritas pesantren adalah para kiai dan pengasuh. Sedangkan para lurah pondok menjalankan arahan dan komando yang telah digariskan pengasuh.

“Hal itu juga berlaku di NU,” katanya. Para rais syuriah adalah pemilik otoritas tertinggi dalam menjalankan arah dan kebijakan jam’iyah. “Sedangkan tanfidziyah sebagai sebagai pelaksana dari sejumlah kebijakan yang telah diputuskan syuriah,” lanjutnya.

Musker III PCNU Jombang terbilang istimewa lantaran selain dihadiri Saifullah Yusuf, juga Rais dan Ketua PWNU Jatim, bupati dan wakil serta forum pimpinan daerah Jombang. Peserta Musker adalah pengurus harian PCNU, badan otonom, lajnah dan lembaga serta utusan dari MWC NU se Jombang. (saif/ahay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network