Fatayat NU Bedah Buku “Gus Dur di Mata Perempuan”

Ketua Umum PP Fatayat NU Ida Fauziyah memberikan hadiah buku "Gus Dur di Mata Perempuan" kepada Nyai Sinta Nuriyah (santrinews.com/okezone)

Jakarta – Pimpinan Pusat Fatayat NU memperingati Haul ke-5 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dengan mengadakan bedah buku berjudul “˜Gus Dur di Mata Perempuan’ di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa, 23 Desember 2014. Turut hadir istri Gus Dur yakni Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid.

Ketua Umum Fatayat NU, Hj Ida Fauziyah mengatakan, buku ‘Gus Dur di Mata Perempuan’ menjadi angin segar untuk mengobati kerinduan terhadap sosok Gus Dur. Menurutnya, buku tersebut berisi pemikiran dan kebijakan Gus Dur, baik selama menjadi Presiden RI maupun sepak terjangnya selama memimpin NU.

“Buku ini berisi pengalaman para penulis berinteraksi dengan Gus Dur. Seluruh penulis merupakan perempuan yang berasal dari berbagai latar belakang,” ujarnya.

Buku antologi setebal 294 halaman yang berisi pengalaman para penulis berinteraksi dengan Presiden RI ke-4 itu dipaparkan secara gamblang. Para penulis kebanyakan memiliki pengalaman-pengalaman personal dengan Gus Dur.

Menurut politisi PKB ini, terdapat banyak teladan yang dapat dijadikan inspirasi dari sosok Gus Dur, terutama cara pandangnya terhadap perempuan. Pemikiran dan kebijakan Gus Dur selalu berpihak kepada kaum perempuan. Semangat inilah yang selalu dirindukan, tidak hanya oleh kaum perempuan, melainkan seluruh lapisan bangsa.

“Buku ini demi mengingatkan kita pada sosok almarhum (Gus Dur) yang memiliki pemikiran fundamental bagi terwujudnya kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki,” tandasnya.

“Gus Dur adalah sosok yang sangat menyukai silaturrahim, berjiwa pemaaf, dan selalu aktif dalam membela hak-hak kemanusiaan,” imbuh politisi perempuan asal Mojokerto ini.

Sejumlah tokoh hadir sebagai pembicara, di antaranya Ala’i Najib (editor), Maria Ulfah Anshor, Anis Hidayah, Ribka Tjiptaning, dan Sri Mulyati.

Maria Ulfah Anshor, salah satu penulis, mengatakan, buku tersebut berawal dari cita-cita Fatayat untuk mendokumentasikan pandangan dan pengalaman perempuan terhadap sosok dan perjuangan Gus Dur. Menurutnya, Gus Dur adalah pribadi yang tak terpisahkan dalam perjalanan dan perjuangan Fatayat.

Maria bercerita pengalamannya saat Gus Dur hadir dalam acara seminar tentang gender dan kebudayaan. Gus Dur bahkan sempat meledek Fatayat dengan gayanya yang khas. Kala itu, Gus Dur menyatakan bahwa Fatayat ketinggalam zaman.

Maria Ulfah adalah mantan ketua umum Fatayat NU sebelum Ida Fauziyah. “Rupanya itu pertemuan terakhir dengan Fatayat dalam forum resmi,” katanya.

Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009. Sebelum menjadi Presiden, Gus Dur menjadi ketua umum PBNU selama tiga periode berturut-turut. Gus Dur disemayamkan di pemakaman keluarga di lingkungan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang (ahay)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network