Meneladani Kebiasaan Para Ahli Al-Quran

Judul : Dahsyatnya Efek Al-Qur’an: Kisah-Kisah Berurai Air Mata dari Orang-Orang Shalih
Penulis : Ahmad Suryana
Penerbit : PT Tiga Serangkai, Bandung
Terbit : 2014
Tebal : 122 Halaman
ISBN : 98-602-257-927-4
Peresensi: Muhammad Makmun Rasyid

PARA penghafal al-Quran merupakan tonggak sebuah peradaban Islam. Keikhlasan menghafal dan menjaga al-Quran merupakan sebuah tugas mulia.

Semenjak al-Quran diturunkan sampai saat ini, andil manusia dalam menjaga kitab suci al-Quran tidak pernah surut. Allah Swt pun sudah menetapkan agar manusia ikut andil dalam memelihara al-Quran.

Buku ini mengingatkan penulis pada usia Sembilan tahun. Salah satu motivasi penulis untuk menghafal al-Quran 30 juz karena ingin menjadi seorang penjaga al-Quran. Buku ini terbagi dalam tiga poin utama, meliputi al-Quran dan air mata, kisah orang-orang yang menangis dan jatuh pingsan karena al-Quran, serta kisah orang-orang yang meninggal karena efek al-Quran.

Kisah monumental Ahmad bin Muhammad bin Hambali dalam peristiwa khalqul quran atau masa dimana umat Islam dipaksa untuk mengatakan bahwa al-Quran adalah mahluk. Kisah ini tidak pernah dilupakan oleh para penghafal al-Quran. Ahmad bin Hambal mempertahankan argumennya sampai ia dihukum cambuk, dan punggungnya terluka.

Dalam menyelami kandungan al-Quran, para pembaca dianjurkan – untuk tidak mengatakan wajib – untuk selalu berusaha menangis. Imam Ghazali memberikan cara supaya bisa menangis yaitu dengan berusaha mendatangkan kesedihan, karena dari kesedihan itu akan terlahir tangisan (hal. 13).

Para pembaca al-Quran, yang selalu menangis ketika membaca al-Quran, maka setiap tetesan air matanya akan menjadi saksi di akhirat kelak dan akan dimasukkan kedalam surga. Ini didasarkan pada hadis “barangsiapa menangis maka baginya surga. Jika kalian tidak menangis maka berusahalah untuk menangis”, sabda Nabi Muhammad Saw.

Tatkala dibacakan ayat-ayat al-Quran ada dua kategori. Pertama, mendengarkannya dan menyakini kebenaran ayat-ayat al-Quran. Kedua, mereka pura-pura tuli dan ini penyakit yang berbahaya.

Kisah pecinta al-Quran dari Raja Najasyi, Uwais al-Qarani, Yazid al-Raqqasyi dan lainnya, menjadi rekaman sejarah dalam bidang al-Quran. Mereka menangis ketika ayat-ayat al-Quran dibacakan, bahkan wajahnya basah oleh tetesan air mata.

Dalam bab III, buku ini memaparkan kisah orang-orang terdahulu yang begitu dahsyat. Al-Quran dapat menggetarkan jiwa mereka, tidak saja mereka sedih dan menangis, mereka seperti Asad bin Shalhab ketika mendengar seseorang membaca al-Quran Qs. Al-Zukruf/43: 74, badannya sempoyongan dan bahkan ia jatuh kedalam sungai dan meninggal dunia (hal. 97-98).

Buku karya Ahmad Suryana ini, sangat bagus dibaca khalayak untuk mengetahui lebih jauh bagaimana jejak para pembela al-Quran, orang-orang yang terinspirasi dan pelaku dari dahsyatnya al-Quran.

Disajikan dengan bahasa sederhana, membuat pembaca tidak keberatan dalam menerima hikmah-hikmah dibalik setiap paparan isi buku ini.

Kedahsyatan al-Quran akan dapat dirasakan, tatkala hati seseorang bersih dari kemaksiatan dan selalum mendekatkan diri kepada Allah Swt. Al-Qur’an adalah kitab suci yang kesuciannya tidak bisa digapai dan dirasakan oleh jiwa-jiwa yang kotor. Mereka-mereka yang mampu merasakan getaran-getaran dan magnet huruf-huruf al-Quran adalah orang-orang hatinya sudah bersih. Selamat membaca…! (*)

Muhammad Makmun Rasyid, Mahasiswa Sekolah Tinggi Kulliyatul Quran (STKQ), Depok.

Terkait

Buku Lainnya

SantriNews Network