Isu Radikalisasi Agama Harus Jadi Bahasan Muktamar
Jombang – Perkembangan gerakan radikal terus menggerogoti bangsa ini. Untuk menjaga keadaan agar tetap kondusif, sudah seharusnya wacana gerakan tersebut menjadi salah satu pembicaraan saat Muktamar NU mendatang.
Penegasan ini disampaikan Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (PC GP) Ansor Jombang, Zulfikar Dawamnto, Jumat 17 April 2015. Dalam pandangan Gus Atok, sapaan akrabnya, bangsa Indonesia harus terus waspada dengan gerakan ini karena akan mengancam keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.
“Karena seperti diketahui, Islam berkembang di Indonesia dengan cinta dan damai,” katanya. “Sedangkan paham radikal dengan menggunakan agama sebagai bingkai gerakan tidak sesuai dengan ajaran Islam yang berkonsepsi rahmatan lil’alamin,” lanjutnya.
Dosen di sejumlah kampus di Jombang ini menyatakan bahwa faham radikalisme atas nama agama diusung oleh kelompok Islam transnasional yang bercita-cita mengubah ideologi Pancasila, bhinneka tunggal ika, NKRI dan UUD 1945.
“Kelompok ini bahkan mengilusikan negara Islam dengan tidak mengindahkan kearifan dan khazanah nusantara,” tandas alumnus UGM Yogyakarta ini.
Karena itu yang mendesak untuk dilakukan adalah bagaimana generasi muda Islam yang terhimpun dalam NU, untuk terus melakukan revitalisasi nilai dan khazanah Islam nusantara.
“Yang sangat mendesak dilakukan adalah bagaimana kegiatan tahlilan, manakiban, istigatsah serta pendalaman kajian Islam Ahlus Sunnah wal Jama’ah terus dilakukan,” ungkapnya.
Dan kesempatan untuk mengingatkan kembali pentingnya gerakan ini dapat dilakukan saat pelaksanaan Muktamar ke-33 NU yang akan diselenggarakan di Jombang, awal Agustus mendatang.
“Secara pribadi dan kelembagaan, kami dari PC GP Ansor Jombang akan mendorong agar wacara penguatan dan kewaspadaan terhadap gerakan radikal atas nama agama tersebut dapat menjadi isu strategis yang dibicarakan secara khusus saat muktamar mendatang,” tandasnya.
Karena dalam bayangan Gus Atok, bila saat muktamar isu tersebut disampaikan dan direspon secara baik oleh muktamirin, maka bukan tidak mungkin akan terjadi kesadaran kolektif bagi peserta muktamar tidak hanya dari utusan NU tanah air, juga mancanegara.
Dengan demikian, maka keberadaan muktamar akan menjadi media untuk semakin mengukuhkan tradisi Islam nusantara yang telah diwariskan para penyebar awal, termasuk wali songo yang diteruskan para pendiri NU.
“Secara internal, GP Ansor juga akan mengintensifkan pendidikan dan pelatihan kaderisasi serta penguatan kelembagaan melalui berbagai bekal keterampilan,” terangnya. Termasuk penataan sistem keanggotaan atau kader agar kebih komprehensif. Yang juga tidak kalah penting adalah melakukan pemberdayaan pengurus maupun kader khususnya dalam bidang pendidikan dan ekonomi, lanjutnya.
Sejumlah agenda dan catatan ini adalah hasil dari kegiatan workshop bertemakan “deradikalisasi agama” hasil kerjasama Pimpinan Wilayah GP Ansor Jatim dan PC GP Ansor Jombang beberapa waktu berselang. (saif/ahay)