Kemenag Mitra Strategis Pesantren

Kepala Kanwil Kementerian Agama Jawa Tengah Drs Ahmadi, M.Ag saat memberi kata sambutan sekaligus membuka halaqah Kaderisasi Ulama Nusantara di Pesantren Al-Hikmah Ngadipuro (santrinews.com/zulfa)
Blora – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Tengah Drs Ahmadi, M.Ag mengatakan, pondok pesantren sebenarnya telah mengerjakan tugas Kemenag secara langsung. Kemenag hanya membantu fungsi kelembagaan. Dia menyebut, pertama dalam hal meningkatkan kualitas kehidupan keagamaan.
“Pesantren menjadi tempat bersemayamnya pola berinteraksi dengan masyarakat yang layak menjadi uswah bagi kita,” kata Ahmadi saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara halaqah Kaderisasi Ulama Nusantara, di Pondok Pesantren Al-Hikmah, Ngadipuro, Ahad, 1 Maret 2015.
Acara yang diikuti pengasuh pondok pesantren se-eks karesidenan Pati itu digelar oleh Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI/Asosiasi Pondok Pesantren) Nahdlatul Ulama Jawa Tengah bekerjasama dengan Kemenag Jateng.
“Kedua, kualitas kerukunan umat beragama. Lagi-lagi pesantren menjadi pelopor untuk menjaga harmoni yang ada di sekitar pesantren,” ujarnya.
Ketiga, kata dia, kualitas pendidikan agama dan keagamaan. Menurutnya, pesantren merupakan laboratorium kaderisasi ulama dan memiliki kewajiban mencetak ulama.
“Disinilah peran penting pesantren di Indonesia. Ulama harus mampu melampaui gurunya dalam bidang keilmuaannya minimal setara dengan ilmu yang dimiliki kiainya tanpa mengurangi sopan santun dan akhlaknya,” tegasnya.
Keempat, meningkatkan kualitas ibadah haji agar penyelenggaraan haji semakin lebih baik. Bahwa mulai tahun ini melalui surat berharga syariah Negara (SBSN) optimalisasi dana haji dibangun untuk kantor urusan agama di kecamatan, membangun perguruan tinggi agama, dan asrama haji.
“Tahun depan digunakan untuk pengelolaan pesantren. Bahwa yang terpenting adalah kembali kepada pondok pesantren,” tandasnya.
Dia menambahkan, pemerintah kadang tidak begitu paham mengenai peran strategis dalam membangun bangsa ini. Pesantren harus terus-menerus didengungkan kepada khalayak dan stakeholder. “Pendekatan ini perlu kita sosialisaskan pada orang lain. Banyak orang tidak faham dengan peran pesantren,” kata pria kelahiran Banjarmasin ini.
Karena itu, dia menegaskan, RMI NU merupakan menjadi mitra strategis Kemenag dalam menjalan peran-peran tersebut. “Kiblat pendidikan Islam tidak selamanya di Mesir ataupun negara Timur Tengah, melainkan juga harus di Indonesia,” tegasnya.
Dia menjelaskan, pemerintah menargetkan pada tahun 2019 memiliki 5000 doktor. “Ini harus disambut baik kalangan pesantren untuk mengikuti program ini,” pesannya.
Selain itu, Ahmadi juga mengiyakan apa yang dikatakan Ketua RMI NU Jateng, KH Abdul Ghaffar Rozien terkait tiga isu pesantren, kemandirian ekonomi dan politik, kaderisasi ulama dan manajemen pesantren.
Untuk menindaklanjuti, Kemenag Jateng akan mengadakan FGD khusus, baik di tingkat provinsi maupun nasional. (zulfa/onk)