Saat Ini Umat Islam Kekurangan Penulis

Usai mendapat teori, peserta melakukan dialog untuk memperdalam materi. (santrinews.com/sur)
Surabaya – KH Nafi’ Mubarok selaku salah seorang Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Kalijaga Surabaya ikut prihatin dengan kian sedikitnya kaum muslimin yang berminat mengembangkan minat menulis. Padahal kalau membuka sejarah awal Islam, justru banyak sahabat dan generasi berikutnya yang menulis, sehingga khazanah keilmuan agama tetap terjaga.
“Umat Islam memiliki kelemahan dalam hal tulis menulis,” kata Gus Nafi’ sapaan akrabnya, Ahad, 20 Maret 2016. Hal tersebut antara lain dapat dilihat dari semakin minimnya karya tulis umat Islam yang dapat dibanggakan, lanjutnya.
Padahal para pendahulu baik generasi sahabat yang diikuti generasi awal adalah para penulis produktif. “Karena dari para penulis inilah, ajaran Islam dapat kita terima hingga saat ini,” katanya.
Karena itu meski terpisah dalam rentang waktu yang demikian panjang, keberadaan al-Quran, hadits dan kitab kuning masih terjaga dengan baik.
Untuk menumbuhkan minat dan menambah pengetahuan para santri di pesantren yang dikelola, diadakan kegiatan Madrasah Jurnalistik. Puluihan santri senior baik putra dan putri mengikuti kegiatan atas kerjasa dengan Pengurus Wilayah Lembaga Ta’lif wan Nasyr Jawa Timur (PW LTN NU Jatim) tersebut.
“Untuk dapat menulis dengan baik dan lancar, tips paling jitu adalah menulis,” kata Sururi Arumbani, salah seorang narasumber. Wakil Ketua PW LTN NU Jatim ini menyampaikan bahwa para santri harus telaten mencatat segala perkembangan selama nyantri. “Dengan terus berlatih menulis, maka kemampuan akan terasah dengan sendirinya,” kata Pemimpin Redaksi di TV9 ini.
Selama mengikuti kegiatan, peserta mendapatkan materi cara menulis berita, artikel, wawancara serta menejemen redaksional.
Para peserta mendapatkan materi dan didampingi oleh Syaifullah dan A Afif Amrullah (Kepala dan Sekretaris Madrasah Jurnalistik PW LTN NU Jatim), Moch Rofi’i Boenawi dari NU Online, serta Sururi Arumbani.
Usai mendapatkan materi, peserta melakukan diskusi kecil sebagai tindaklanjut dari materi yang telah diterima. Sejumlah masalah dalam hal pengelolaan media dan apa saja isi dari majalah yang akan diterbitkan pesantren ini dibahas secara intensif. Diharapkan bulan depan Majalah Sunan Kalijaga bisa terbit dan menyapa pembaca secara rutin.
KH Mukhsin Nurhadi selaku pendiri dan pengasuh pesantren sangat berharap kegiatan tersebut bisa melahirkan santri penulis yang juga mampu mengelola majalah pesantren.
“Kami sudah memiliki majalah yang rutin terbit dua bulan sekali,” katanya saat ditemui di kediamannya. Namun karena keterbatasan pengelola, sudah enam bulan majalah tersebut tidak terbit. (nabil/hay)