Santri Pesantren Al-Muflihin Tuntut Pabrik BMI Wajib Pindah

Puluhan santri, pengurus, dan orang tua santri memprotes pendirian pabrik yang berada tepat di samping Pondok Pesantren Al Muflihin, Desa Gebangilir, pada Jumat 4 September 2015. (santrinews.com/fajarnews)

Cirebon – Puluhan orang yang terdiri atas pengurus pesantren, santri dan orang tua santri Pondok Pesantren Al Muflihin, Desa Gebangilir, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon mendatangi lokasi pembangunan pabrik pengolahan hasil laut milik PT. Bumi Menara Internusa (BMI), pada Jumat 4 September 2015.

Mereka menuntut agar pembangungan pabrik pengolahan hasil laut itu menghentikan pembangunan dan memindahkan lokasi pabrik, agar jauh dari lokasi pesantren.

Pasalnya, mereka menganggap keberdaan pabrik itu akan menggangu kenyamanan dan suasana belajar santri karena lokasinya yang bersebelahan dengan pondok pesantren.

Para pendemo bahkan menuntut keabsahan perizinan yang mereka tuding telah dimanipulasi. Pasalnya pihak pesantren meresa tidak pernah memberikan izin gangguan sejak awal. Apalagi pihak pabrik juga telah tidak pernah datang ke pondok meminta izin.

Dalam orasinya Pengasuh Pondok Pesantren Al Muflihin, Ustadz M.Rohmat mengungkap ketidakberesan yang terjadi dalam pembangunan PT. BMI, sejak rencana pembebasan lahan hingga saat ini.

“Kita tahu bagimana PT. BMI yang berada di Surabaya, di Malang dan daerah lainnya, bagaimana dampak terhadap lingkungan sekitarnya dan rata-rata mereka memprotesnya. Dan di Sini akan dibangun di samping pesantren, berarti mereka tidak peduli dan mendukung pendidikan anak-anak bangsa,” kata Rohmat dalam orasinya.

Menurutnya, mereka telah sengaja mencari keuntungan di balik keprihatinan seluruh Santri Pesantren Al Muflihin. Rohmat juga menuding mereka sebagai perusak generasi penerus bangsa.

Menurutnya meski ada perwakilan perusahaan yang memohon kepada pihak pesantren untuk tidak menolak kompensasi, mulai akan dibangunkan masjid dan pemberian CSR, namun menurutnya, bukan itu yang diharapkan.

Pesantren, menurut Rohmat, seperti dilansir Fajarnews, hanya butuh kenyamanan dalam belajar sehingga baginya harga mati pabrik itu harus segera direlokasi.

“Mereka yang telah menerima suap berarti telah menzalimi para penerus bangsa, mereka hanya mementingkan dirinya sendiri. Kita tidak butuh rayuan, kita hanya butuh ketenangan, untuk itu segera relokasi pabrik, jangan dibangun di samping pesantren. Bumi Allah sangat luas, tidak hanya berada di sini,” tegas Rohmat.

Ditambahakan Rohmat, aksi yang dilakukan telah mendapat dukungan dari Forum Pesantren, MUI, Nahdlatul Ulama, dan lainnya.

Menurutnya, jika PT. BMI terus membangun, pihaknya akan kembali mendatangi proyek dengan jumlah massa yang lebih besar dengan melibatkan utusan pesantren-pesantren lain dan warga NU yang ada di Kabupaten Cirebon.

“Sampai kapanpun akan terus kami desak agar pesantren tidak diganggu keberadaan pabrik. Jika tuntutan kita tak juga dipenuhi maka kami akan datang kembali menuntut dengan massa yang lebih besar dengan melibatkan forum pesantren dan warga NU, sampai benar-benar pabrik mau dipindahkan,” katanya.

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network