Merayakan Keindonesiaan (2): Kebudayaan Universal Nusantara
Dalam konteks antropologis, kebudayaan Nusantara dan kearifan lokal lebih banyak dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat daripada kebijakan negara. Apalagi, pada masa penjajahan, banyak kreasi budaya dan seni yang merupakan perlawanan terhadap rezim penguasa.
Penolakan terhadap huruf latin, jas, dan gaya hidup westernistik, misalnya, adalah politik non kooperatif. Para elite kultural dari kaum abangan dan santri membangun perlawanan kultural terhadap budaya asing yang mencaplok negeri ini.
Memang, wilayah Indonesia pernah dikuasi oleh kaum penjajah, namun mereka gagal menjajah akal budi warga bangsa yang menjadi sumber cipta, karsa dan karya masyarakat nusantara.
Dalam teori determinisme budaya, Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa masyarakat sangat ditentukan oleh kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi lain dalam masyarakat tersebut.
Keliru besar memandang kebudayaan sebagai produk seni dan budaya. Apalagi, melihat seni dan budaya sebagai produk pariwisata untuk pertunjukan dan tontonan para wisatawan. Ternyata, kebudayaan menyangkut semua aspek kehidupan masyarakat.
Koentjaraningrat menyebut unsur kebudayaan universal meliputi: Pertama, bahasa merupakan unsur budaya yang menjadi alat komunikasi antar sesama manusia dengan menggunakan suara, tanda lisan atau tulisan, dengan isyarat maupun persandian huruf atau angka, kalimat, grafik atau gambar. Tiap masyarakat punya bahasa sendiri yang khas dan unik. Bahasa menjadi alat komunikasi antar anggota masyarakat yang diajarkan dan dilestarikankan dari generasi ke generasi secara turun temurun.
Kedua, sistem pengetahuan merupakan informasi tentang Tuhan, manusia dan alam semesta yang bersumber dari kepercayaan, kebiasaan, pengalaman, pengamatan panca indra, pemahaman akal fikiran serta insting manusia dalam suatu masyarakat. Unsur budaya universal ini yang paling dinamis dan cenderung lintas budaya antar umat manusia.
Ketiga, sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial merupakan unsur budaya universal yang berwujud nilai dan norma bersama yang mengatur tata kelola kehidupan warga dalam masyarakat. Hubungan bersama tersebut bisa bersifat formal dan hirarkis maupun sebaliknya. Sistem kekuasaan, kekerabatan dan perkumpulan merupakan bagian penting dari sistem kemasyarakatan modern.
Keempat, sistem peralatan hidup dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan dan hirarki kebutuhan ala Abraham Maslow. Manusia membuat alat dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan. Alat bercocok tanam, memasak, makan: alat buat kain, pakaian, perhiasan: alat buat bahan bangunan, rumah, pemukiman. Disamping, membuat teknologi pertahanan dan keamanan, transportasi serta panggung kreasi dan lain sebagainya.
Kelima, sistem mata pencarian hidup merupakan kebiasaan masyarakat hidup dari pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kelautan, industri barang dan jasa, perdagangan, dan lain sebagainya. Sumber mata pencarian terus berkembang seiring dengan diversifikasi bisnis, usaha dan profesi.
Keenam, sistem religi berdasarkan pada agama dan kepercayaan yang mengakar di tengah-tengah masyarakat, baik agama langit maupun agama bumi. Emile Durkheim menyebut elemen agama antara lain: sistem kepercayaan, peribadatan, dan upacara keagamamaan. Belief system dan ritual system, religious ceremony system melahirkan simbol, praksis keagamaan dan tempat peribadatan yang fenomenal dan sakral.
Ketujuh, sistem kesenian merupakan kreasi dan inovasi budaya yang terdiri dari seni rupa, seni suara dan seni tari. Tiap masyarakat punya sistem kesenian sendiri yang berbeda dengan yang lain.
Seni rupa adalah seni yang bisa dilihat mata dan diraba tangan. Seni lukis, seni grafis, seni patung, seni instalasi, seni pertunjukan, seni keramik, seni film, seni koreografi, seni fotografi, desain arsitektur, desain grafis, desain komunikasi visual, desain interior, desain busana, desain produk, kriya tekstil, kriya kayu, kriya keramik, kriya rotan, kriya logam, kriya kulit, dan kriya bambu.
Selain itu, seni suara adalah seni yang menggunakan medium suara yang berbentuk tarik suara dan musik. Sementara, seni tari merupakan seni yang menggunakan medium gerak tubuh untuk mengungkapkan pesan dan mengekspresikan keindahan. (*)
Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute.