Keramat Wali VS Kerjaan Jin

Ini kisah dari Gus Yahya Cholil Staquf tentang orang-orang awam (seperti saya) yang tidak bisa membedakan mana keramat (karomah=fenomena yang luar biasa sebagai suatu keistimewaan yang dianugerahkan kepada) Wali, mana hasil kerja atau bantuan jin.
Suatu hari Mbah Kiai Misbah Mustofa (Bangilan, Senori, Tuban) diundang oleh seorang santri kinasih untuk menghadiri perhelatan walimah (resepsi). Beliau sengaja datang satu-dua hari sebelum waktunya.
Masyarakat sekitar pun lantas berbondong-bondong ngalap berkah (tabarrukan) kepada Mbah Misbah di rumah santri itu. Dari mereka, Mbah Misbah memperoleh cerita bahwa di daerah itu juga ada seorang wali yang khoriqul ‘aadah (bahasa Jawa: nyleneh).
Mbah Fulan, wali itu, nyaris tak pernah kelihatan keluar rumah. Salat Jumat pun tidak di masjid kampung, tapi di Makkah. Masyarakat sekitar menyaksikan karomah Mbah Fulan yang luar biasa, terutama dalam urusan pengobatan berbagai penyakit.
Baca juga: Kisah Pertemuan Para Kiai di Alas Roban pada 1895 Masehi
Konon, Syaikh Abdul Qodir Jailani mengunjungi Mbah Fulan setiap hari. Kisah kehebatan Mbah Fulan membuat Mbah Misbah amat tertarik sehingga menyempatkan diri datang sendiri ke rumahnya, untuk membuktikan tanda-tanda kewaliannya.
Giliran memberikan mau’idhah hasanah (bahasa Jawa: ular-ular) pada walimah santrinya, Mbah Misbah membicarakan Mbah Fulan.
“Dia itu bukan wali, tapi tukang sihir!” Mbah Misbah membuat hadirin terkejut, “Syaikh Abdul Qodir Jailani itu ada dua. Yang pertama adalah Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani Al-Baghdadi min dzurriyyati Rasuulillah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, Sang Wali Quthub, pemimpin thoriqoh Qodiriyyah. Kedua adalah Syaikh Abdul Qodir Jailani, raja jin Alas Roban (Batang). Yang kedua itulah yang tiap hari mendatangi Si Fulan!” (*)