Insiden Ledakan Bom di Vihara Ekayana

Bom Vihara Diduga Terkait Sentimen Rohingya Myanmar

Noor Huda Ismail (Dok/Santrinews.com)

Jakarta – Insiden ledakan di Vihara Ekayana Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Ahad, 4 Agustus 2013 malam, diduga berkaitan dengan peristiwa di Myanmar. Diperkirakan, aksi kekerasan terhadap etnis Rohingya bisa jadi berdampak meluas ke Tanah Air. Aparat keamanan pun diminta untuk tidak menganggap remeh sentimen dari konflik etnis Rohingya yang terjadi di Myanmar.

Hal itu ditegaskan pengamat terorisme Noor Huda Ismail dan Wawan Purwanto. “Bisa jadi ada hubungannya karena ini bukan yang pertama kali. Ingat kemarin penangkapan Sigit Indrajit, perencana bom Kedutaan Besar Myanmar,” kata Noor Huda Ismail.

Wawan Purwanto menduga, peledakan bom di Vihara Ekayana Arama, Jakarta, itu merupakan aksi balas dendam jaringan radikal terhadap konflik di Myanmar. Diduga, pelaku peledakan adalah kelompok radikal Indonesia yang ingin menunjukkan solidaritas mereka terhadap etnis Rohingya.

“Ini menjadi latar belakang mereka melakukan langkah (peledakan vihara) ini,” kata Wawan. Ia menduga, serangkaian aksi teror di Kemang, Mampang, dan Pamulang terkait dengan konflik di Myanmar.

Seperti diberitakan, kelompok ekstrimis Budha di Myanmar baru-baru ini membakar masjid, dan menghancurkan rumah umat muslim. Dalam konflik sektarian di Myanmar, sebagian umat Buddha negeri itu merupakan kelompok yang membantai umat Muslim Rohingya.

Menurut Noor Huda, gerakan terorisme di Indonesia bisa diketahui dari tiga aspek. Pertama, dinamika individu di dalam kelompok, dinamika kelompok itu sendiri, dan konteks yang menggerakkan mereka. Dalam kasus ini, menurut dia konteks lah yang menggerakkan seseorang beraksi di Vihara Ekayana.

“Melihat perkembangan di Myanmar, itu pasti jadi pemicu,” kata dia.

Karena itu, Huda meminta pemerintah Indonesia untuk lebih berperan aktif dalam menyelesaikan konflik antaragama di Myanmar. Hal itu juga untuk meredam kebencian kelompok radikal terhadap minoritas yang dapat berujung aksi terorisme.

“Indonesia yang kebijakan politiknya bebas aktif, ternyata pemerintahnya tidak cukup bersuara di ASEAN. Jadi Pemerintah Indonesia harus mulai bersikap lebih,” katanya.

“(Kelompok teror) terinspirasi dari internet, terutama dari YouTube yang membuat mereka ingin menyerang karena umat Islam di Myanmar dibantai umat Buddha,” tandasnya. (ahay/saif).

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network