Menginspirasi Generasi Milenial, Literasi Digital Perlu Masuk Kurikulum Pendidikan

Diskusi "Literasi Digital untuk Masa Depan Generasi Milenial", di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa malam, 12 Desember 2017 (santrinews.com/ist)

Jakarta – Di tengah pertumbuhan teknologi internet dan perkembangan sosial media yang massif, penting untuk mengkampanyekan literasi digital.

Demikian yang menjadi kesepakatan lintas institusi, dalam diskusi “Literasi Digital untuk Masa Depan Generasi Milenial”, di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, pada Selasa malam, 12 Desember 2017.

Diskusi yang diselenggarakan Pustekkom Kemdibud bekerjasama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang dimoderatori Munawir Aziz (periset, LTN PBNU) dihadiri oleh pakar dan praktisi digital. Di antaranya, Alois Wisnuhardana (Kantor Staf Presiden/KSP Bidang Informasi), Hasan Chabibie (Pustekkom Kemdikbud), Ubaidillah Sadewa (Komisioner KPI), Dani (Telkom) dan Hamzah Sahal (RMI PBNU).

A. Wisnuhardana menyampaikan bagaimana pentingnya literasi digital untuk menyehatkan komunikasi antar warga di media sosial.

“Saat ini, teknologi internet dan media sosial memiliki peran signifikan. Ironisnya, masih banyak hoax dan konten-konten yang negatif. Kita harus bergerak bersama, menyingkirkan konten-konten sampah, lalu memproduksi konten-konten kreatif dan inspiratif untuk menyegarkan kembali media sosial dan media digital kita,” ungkap Wisnu.

Dalam diskusi ini, Wisnu menyampaikan bahwa pemerintah sangat serius mendorong transformasi digital. “Presiden Joko Widodo serius dengan transformasi digital, untuk mendorong industri kreatif. Generasi milenial diharapkan melahirkan kreator yang mampu menginspirasi Indonesia dan dunia, dengan start-up dan unicorn bisnis yang membantu menjawab kebutuhan publik,” jelas Wisnu.

Hasan Chabibie, Pustekkom Kemdikbdud, menawarkan strategi literasi digital dan kampanye kreatif media sosial. “Literasi digital penting agar warga Indonesia, khususnya generasi milenial, barisan generasi mudanya tumbuh dalam suasana media digital yang kondusif, jauh dari kebencian. Saat ini, ketika diskusi-diskusi tentang cerdas bermedia sosial telah massif, bagaimana mencreate isu ini menjadi kepentingan bersama? Bagaimana cara sinergi dan bergerak bersama-sama, lintas institusi?” ungkapnya.

Hasan mendorong, literasi digital menjadi isu bersama, yang dikawal pemerintah, ormas dan komunitas, untuk membuka ruang kreatifitas dengan teknologi digital.

Komisioner KPI, Ubaidillah Sadewa, berharap literasi digital menjadi isu bersama. “Sekarang ini, generasi muda harus didorong untuk kreatif dan produktif di media sosial. Perdebatan dan sengketa di ruang digital, tidak menarik bagi anak muda. Mereka tertantang dengan kreatifitas, dan kompetisi ide yang mendorong eksistensi dan kemandirian finansial,” ungkapnya.

Pengurus Rabithah Ma’ahid Islamiyyah (RMI-NU), Hamzah Sahal mengusulkan pentingnya literasi digital masuk ke kurikulum.

“Saya kira harus ada adab, etika bermedia sosial. Apakah ini mungkin masuk ke kurikulum pendidikan kita? Sangat mungkin, karena ini strategis,” jelas Hamzah, yang juga founder alif.ID.

Diskusi Literasi Digital ini diakhiri dengan kesepakatan sinergi antarpihak, dari KSP, Pustekkom Kemdikbud, KPI, dan RMI-PBNU untuk bersama mengkampanyekan literasi di ranah digital.

Juga, dorongan untuk memasukkan Literasi Digital dalam kurikulum pendidikan, baik di pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi.

Kampanye literasi digital membuka ruang kreatifitas yang lebih luas di ranah digital dan media sosial, serta menginspirasi generasi milenial untuk konsisten berkarya. (*)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network