Surat Pembaca

Mengungkap Sandiwara BPK PMII untuk Jogja

Awal mula cerita ini saya sangat ingin ceritakan berawal dari perjalanan dari Kaliurang menuju Kontrakan dikarenakan kebimbangan dan pertanyaan yang tak kunjung mampu dientaskan dengan bayang-bayang Jogja dan Jakarta.

Lantas dari kronologi itu saya membayangkan mengapa dengan bodohnya saya mau menghadiri undangan dari Badan Pekerja Kongres (BPK) PMII dengan dalih klarifikasi terkait Surat Rekomendasi (ganda) dari (cabang) Jogja. Toh nyatanya keputusan pun tak mempertimbangkan sama sekali realitas yang diungkapkan dari pihak yang diundang, tapi tak tau lah apa maksud mereka itu.

Sandiwara mulai tampak ketika sekretaris BPK mengambil alih rapat tersebut bukan malah ketua BPK. Hal ini diperparah ketika mereka mencoba mempertemukan Sahabat calon-calon (dua calon, red) dari Jogja dimana keputusan BPK tetap lebih akan melihat pertimbangan dari BPH PMII Jogja.

Tapi apa nyatanya, kita pada rapat di Sekretariat PB PMII di Jakarta itu hanya dibuat membuka baju dimana BPK ingin melihat kemaluan dan bagian vital kami. (Konotasi seperti pernyataan dari sahabat Syauqi). Yang datang di rapat itu; saya, Faizi Zain, Syauqi, Vircly Pardosi, Arif Budiman, Alizazirah Hidayat, dan Nanda.

Sesi melucuti baju pun dimulai, dimana pernyataan pertama diberikan kepada ketua cabang Jogja. Dia (ketua PC PMII Jogja, red) mengungkapkan panjang kali lebar. Kalau dirumuskan dalam matematika itu luas namun tidak ada tinggi jadi kosong karena tidak bisa dinamakan volume.

Dia mengungkapkan keluh kesah selama menjadi ketua cabang dan mencoba memberi keterangan meskipun saya yakin keterangan itu dibuat dan dihapalkan karena yang dikatakan itu ternyata hanya omong kosong.

Dalam pernyataan itu yang cukup lama memakan durasi sahabat lain pada intinya ada 3 poin, yaitu: Dia benar, sahabat yang lain salah, dan salah satu calon tidak dikenal. Dari 3 poin itu dirasa dia memaksa menjadi superman yang ingin merayap namun di lautan, jadi akhirnya tenggelam pernyataannya. Pernyataan itu tak lebih dari sebuah fitnah atau palsu yang sengaja dibuat dan dinaskahkan menjadi sebuah drama.

Sesi kedua saya diberi waktu untuk menyatakan kronologi mengeluarkan surat rekomendasi dan saya ungkapkan dengan sebuah kenyataan yang ada meskipun tanpa persiapan apapun, tapi ya namanya hal yang sudah terjadi pasti sedikit banyak bisa dijelaskan dengan sebuah cerita.

Pernyataan-pernyataan terkait fitnah stempel, ketidakaktifan sengaja saya tidak ungkapkan karena tanpa diungkapkan sahabat ketua sendiri paham dimana dia keceplosan mengambil paksa stempel itu dari posisi saya selaku sekretaris, anggap saja dia mungkin ingin merangkap jabatan.

Kemudian terkait keaktifan ditangkis oleh sahabat lain seperti Syauqi, Vircly Pardosi (Incek) dan Ali Zazirah (Aji) dimana seluruh pengurus sebenarnya melakukan sesuai dengan profesinya (fungsi dan perannya, red) di kepengurusan. Tapi ya sudahlah kataku kalau hal politik menjadi sebuah keharusan kemenangan tapi bukan berarti cara kotor dan melucuti baju harus dilakukan.

Ketika terakhir pernyataan sahabat Bolas (sapaan akrab dari Arif Budiman), dia mengungkapkan sebagai kader ideologis sahabat Riza selaku calon beliau selalu membuat gaduh untuk tujuan Jogja maka dia meskipun kadernya tak rela mendukungnya. Dan hal serupa diiyakan oleh kelima orang yang hadir pada acara itu.

Pada akhir rapat itu saya mencoba meminta waktu kembali untuk memberi keterangan dimana keterangan itu mewakili orang tuaku sendiri dimana dia menelepon saya bahwa dia baru saja ditemui orang yang baru dikenal dengan mengatas namakan kader partai politik akan memberi sejumlah uang atau posisi strategis di SKPD Daerah Cilacap dengan catatan saya menandatangani rekomendasi sahabat Rizavan Shufi Thoriqi.

Lalu pesan orang tuaku mengatakan, “lanjutkan apa yang kamu anggap bijak saja dan sampaikan salam terima kasih atas tawarannya namun keluarga masih mempunyai vitalitas kedirian dalam melihat rezeki”.

Akhir dari rapat itu ditutup oleh sekretaris BPK dimana mereka meminta waktu 5 menit untuk berembuk untuk memutuskan hasil dari rapat itu. Pasca beberapa menit kami semua menunggu akhirnya mereka memberi keputusan dan keputusannya bersambung dilanjutkan episode selanjutnya. Kita semua tercengang ada drama apa lagi antara BPK dan calon-calon.

Setelah kejadian itu akhirnya kita berpikir antara positif dan negatif kepada netralitas BPK dalam memberi keputusan nantinya. Karena pada hari Minggu malam sesuai janji mereka akan memutuskan secara final kelolosan calon.

Dan apakah drama itu selesai pada malam Senin itu, ternyata bukan main episode pun diperpanjang dengan dalih yang bermacam macam, tapi kalau dianalogikan sebuah sinetron mungkin rating dan iklan untuk sinetron itu masih laris sampai sampai episode berlanjut sampai waktu sponsor habis kontrak, eh salah waktu yang tak ditentukan.

Pada akhirnya entah itu malam apa, pagi-pagi sekira pukul 2 saya mendapat berita (di SantriNews.com) dimana sahabat Rizavan Shufi Thoriqi lolos dan sahabat Fika Taufiqurrohman tidak lolos. Hal itu semakin membuat banyak pertanyaan apakah ada pemecatan aktor dan aktris dalam sandiwara itu.

Dan ternyata benar, salah satu anggota BPK akan dipecat oleh produser film, dan di sanalah peran produser yang sangat luar biasa membuat drama untuk mencari sponsor dan rating yang tentunya mampu dijual belikan kepada seluruh khalayak pecinta sinetron.

Akhir dari drama ini, kepengurusan PMII di Jogja menjadi sangat keruh akibat sinetron yang sangat menguras psikologi dari pengurus cabang. Semoga hikmah dari sandiwara ini tidak akan pernah terjadi kembali karena hanya akan menghasilkan gerakan bullying. Terima kasih. (*)

Syukron Rosyady, Sekretaris Umum PC PMII Yogykarta.
_________
Tulisan ini adalah tanggungjawab penulis sepenuhnya seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi SantriNews.com.

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network