Para Ulama Sufi Timur Tengah Puji Rabithah Alawiyah Indonesia Paling Rapi Catat Nasab Nabi

Empat ulama sufi Timur Tengah saat mengunjungi Rabithah Alawiyah Indonesia, di kawasan Jakarta Selatan (santrinews.com/okezone)
Jakarta – Empat ulama sufi Timur Tengah mengunjungi Rabithah Alawiyah, di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu, 20 Juli 2019. Mereka menilai Rabithah Alawiyah Indonesia paling rapi dalam mencatat nasab Nabi Muhammad.
Mereka adalah Syaikh Dr Muhammad Asy Syuhumi Al-Idrisi, Syaikh Dr Adnan Al-Afyouni, Dr Abdul Aziz Al-Kubaithi, dan Syaikh Dr Riyadh Hasan Bazou.
Kunjungan mereka usai menghadiri Konferensi Ulama Sufi Internasional di Pekalongan, Jawa Timur, awal April 2019.
Dalam pertemuan itu mereka membahas tentang nasab. Mereka bertukar informasi tentang pencatatan nasab keturunan Nabi Muhammad di setiap negara masing-masing. Mereka juga saling bertukar pikiran perihal keluh kesah yang mereka hadapi selama ini terkait nasab.
“Kami berbicara tentang keluh kesah terkait nasab atau garis keturunan yang hilang yang ada di Suriah yang disebabkan oleh kondisi yang terjadi di sana dan kami memohon kepada Allah agar kondisi yang sulit di sana bisa cepat terselesaikan,” kata Syaikh Dr Adnan Al-Afyouni, Mufti Agung Damaskus Suriah.
Menurut mereka, Rabithah Alawiyah di Indonesia adalah pencatat nasab paling rapi dan teratur. Mereka mengatakan, di Indonesia sistem pencatatannya terlembaga dan prosesnya juga melalui jalur yang cukup ketat untuk diakui sebagai keturunan Nabi Muhammad.
“Bisa saya katakan bahwa paling bagusnya, rabithah dari semua rabithah yang mencatat garis keturunan anak cucu Nabi Muhammad yang paling bagus adalah rabithah yang ada di Indonesia. Yang paling teratur dan paling memilki kesemangatan untuk memperbaiki,” kata Syaikh Dr Muhammad Asy-Syuhumi, Ketua Dewan Penasehat dan Otoritas Keilmuan Federasi Tasawuf Internasional, Libya.
Di Indonesia, untuk mengetahui seseorang keturunan Alawiyin memang harus melewati beberapa proses. Orang tersebut harus datang ke Rabithah. Setiap orang berhak memohon kartu identitas atau buku silsilah nasab Alawiyin setelah diuji kebenarannya.
Metodenya, ia harus bisa menyebutkan tiga fam atau marga di atasnya, mengisi formulir, dan membawa saksi. Jika terbukti validitasnya maka Rabithah akan mengeluarkan buku tersebut.
Syaikh Adnan mengaku sangat tersanjung dapat berkunjung ke Rabithah Alawiyah Indonesia. Ditambah lagi kunjungannya kali ini bersamaan dengan pimpinan keluarga besar nabi, Syaikh Dr Muhammad Asy-Syuhumi Al-Idrisi dari Maroko.
“Saya akan menyampaikan dengan jujur sekali, bahwa saya tidak pernah membayangkan untuk bisa hadir di tempat yang istimewa ini dan saya melihat semua yang begitu menyambung sampai ke pusat sekalipun. Semuanya itu kepada Rasulullah SAW, saya tersanjung untuk bisa hadir di Rabithah ini,” ucapnya.
“Hal yang menambah nilai kunjungan kami menjadi istimewa, kami bersama pimpinan keluarga besar keturunan Nabi yang berada di wilayah Maroko. Kami datang menuju ahlul bait bersama para ahlul bait juga. Mudah-mudahan ini adalah syafaat yang paling besar yang bisa kita dapatkan. Mengharapkan dari Allah SWT untuk masuk ke dalam syafaat keluarga Nabi dan syafaat Nabi Muhammad di hari kiamat,” lanjut Syaikh Adnan.
Dalam perbincangannya, mereka memiliki niat untuk melakukan Konferensi Internasional yang terkait dengan nasab. Mereka ingin mencari alternatif baru untuk pencatatan dan pembuktikan nasab.
“Kami juga punya niat untuk melakukan Konferensi Internasional yang terkait dengan nasab untuk mencari jalan dan alternatif terbaru untuk pencatatan nasab dan pembuktian nasab diantaranya kita juga akan terkait dengan biometrik (teknologi yang digunakan untuk menganalisis fisik dan kelakuan manusia dalam autentifikasi),” papar Syaikh Dr Muhammad Asy-Syuhumi.
“Dan yang akan kita lakukan itu sangat penting sekali dan besar sekali karena kita ingin mengumpulkan ahlul bait keturunan Rasulullah saw dan di situ juga nanti ada pengetahuan yang terkait akan hukum fikih yang ada hubungan langsung dengan ahlul bait,” lanjutnya.
Menutup perbincangan, Syaikh Dr Muhammad Asy-Syuhumi mengatakan, kunjungannya saat ini berdasarkan perasaan rindunya ke sesama saudara. Selain itu mereka datang untuk mendapatkan keberkahan dan juga pergi dengan meninggalkan keberkahan.
“Ini adalah kunjungan kerinduan kepada saudara saya. Kami datang di sini untuk mendapatkan keberkahan sebab kita semuanya saling memberikan keberkahan,” ujarnya. (red)