Sikapi Aksi Teror, KH Unais: Bom Bunuh Diri Bukan Jihad

KH Muhammad Unais Ali Hisyam (santrinews.com/ist)
Jakarta – Anggota DPR RI KH Muhammad Unais Ali Hisyam menegaskan, salah satu langkah mencegah munculnya bibit terorisme adalah dengan menambah kurikulum agama di sekolah. Sebab, menurut dia, pemahaman keagamaan hampir semua pelaku teror itu sangat dangkal.
“Perlu diajari agama secara utuh di lembaga-lembaga pendidikan. Sebab, bunuh diri dengan tujuan apapun tidak dibenarkan oleh semua agama,” kata Kiai Unais di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat 18 Mei 2018.
Baca: Bom Bunuh Diri, Jihad Orang Sakit Jiwa
Hal itu ditegaskan Kiai Unais menyikapi aksi bom bunuh yang mengguncang lima tempat di Surabaya dan Sidoarjo Jawa Timur secara beruntun beberapa hari. Hampir samuanya dilakuna oleh satu keluarga, yang terdiri dari ayah, istri, dan anak-anaknya.
Menurut Kiai Unais, lembaga pendidikan seperti pondok pesantren dan madrasah diniyah memiliki peran besar dalam mengajarkan agama secara utuh. Karena itu, ia meminta pemerintah memberi perhatian lebih pada pesantren dan madrasah diniyah.
Baca Juga: Pesantren tak Ajarkan Paham Radikal
Akibat pemahaman agama yang dangkal, kata Kiai Unais, tak sedikit orang melakukan bom bunuh diri karena dianggapnya sebagai bentuk jihad dan mati syahid.
Baca Juga: PBNU Beberkan 20 Pesantren Penyebar Paham Radikalisme
“Teroris kadang orang yang merasa punya dosa besar hingga menebus dengan cara bom bunuh diri. Padahal itu cara yang fatal dan salah,” tegas politisi asal PKB ini.
Baca Juga: Dilantik Jadi Anggota DPR RI, KH Unais Ali Hisyam Emban Aspirasi Warga Madura
“Tuhan itu Maha Pengampun bagi hamba-nya yang tobat, bukan menebus dosa dengan membunuh orang,” sambung pengasuh Pondok Pesantren Ahlussunnah Waljamaah (Aswaja) Ambunten, Sumenep itu.
Kiai Unais bersama 11 anggota DPR pergantian antar waktu (PAW) dilantik dalam sidang Paripurna DPR masa Persidangan V Tahun Sidang 2017-2018, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat 18 Mei 2018. Pengambilan sumpah dipimpin oleh Ketua DPR Bambang Soesatyo. (*)