Kimiya-yi Sa‘adat (7): Keajaiban-keajaiban dalam Semesta Hati

Keajaiban-keajaiban dalam semesta hati tidak ada ujungnya. Kemuliaannya terletak dalam kenyataan bahwa ia lebih menakjubkan daripada segala yang lain, namun kebanyakan orang tidak memperhatikannya.
Kemuliaannya ada dalam dua tingkatan: yang pertama karena pengetahuan; dan yang kedua karena kuasa. Kemuliaan karena pengetahuan memiliki dua tingkatan: yang pertama bisa dipahami oleh kebanyakan orang, dan yang kedua tidak begitu kelihatan dan tidak diketahui oleh setiap orang. Yang terakhir ini lebih langka.
Adapun yang kelihatan, yaitu bahwa hati memiliki kemampuan untuk mempelajari semua disiplin ilmu dan keterampilan, mengetahui segala macam seni, serta membaca dan mengkaji semua yang ada dalam buku, seperti geometri, matematika, ilmu kedokteran, astrologi, dan ilmu-ilmu agama. Walaupun hati satu dan tak mungkin dibelah lagi, ia bisa menyerap semua disiplin ilmu tersebut.
Malah, seluruh dunia seolah atom di dalam dirinya. Dalam sekejap mata, ia dapat membubung tinggi dari lembah bumi ke puncak pemikiran dan gerakan, atau dari timur ke barat. Walaupun ia tetap terikat pada bumi, hati dapat menghitung semua isi langit dan mempelajari jarak setiap bintang dan menuturkan jaraknya dalam hitungan yar! Ia bisa membuat ikan naik dari dasar samudera dan membuat burung turun dari udara ke tanah. Ia bisa mengendalikan binatang-binatang besar seperti gajah, unta, dan kuda, untuk melayaninya.
Semua keajaiban dan keterampilan dalam alam inderawi adalah karena panggilannya, dan semua pengetahuan ini diraih melalui panca indera, karena mereka bersifat eksternal dan mengetahui cara menghubunginya.
Tapi yang lebih ajaib daripada semua ini adalah bahwa ada jendela dalam hati yang terbuka ke kerajaan langit, seperti halnya terdapat lima gerbang di luar hati yang terbuka ke alam fenomenal, yang dikenal sebagai alam fisik, seperti halnya alam langit disebut alam spiritual. Kebanyakan orang mengenal alam fisik dan inderawi: ini adalah ranah yang terbatas dan rendah. Mereka mempelajarinya melalui panca indera mereka, dan pengetahuan ini terbatas sifatnya.
Bukti bahwa terdapat ceruk lain di dalam hati ada dua: (1) yang pertama adalah mimpi. Ketika saluran-saluran ke alam inderawi ditutup, pintu batin akan terbuka. Dari alam atas dan Loh yang Terjaga (lauh-i mahfûzh), pengetahuan ghaib akan menampakkan dirinya sehingga peristiwa yang akan terjadi di masa depan terungkap dan bisa dilihat: mungkin secara gamblang, persis seperti yang akan terjadi; atau secara metaforis, sehingga ia membutuhkan takbir. Perihal objek-objek eksternal, orang-orang berpikir bahwa mereka yang terbangun akan didahulukan; namun mereka menyadari bahwa mereka tidak melihat yang gaib saat terbangun. Alih-alih, mereka melihatnya ketika tidur, dan tidak dengan indera [fisik].
Pembicaraan tentang hakikat mimpi tak mungkin dilakukan dalam tulisan ini. Namun, ini saja sudah cukup: Bahwa hati itu laksana cermin, dan Loh yang Terjaga laksana cermin yang berisi citra segala maujud. Seperti halnya pantulan dalam suatu cermin akan terpantul dalam cermin lain yang ditempatkan di hadapannya, demikian pula citra-citra dalam Loh yang Terjaga akan kelihatan di dalam hati —manakala ia bersih dan bebas dari persepsi inderawi, dan ia terhubung dengan Loh.
Selama hati sibuk dengan persepsi inderawi, ia akan terputus dari hubungannya dengan alam atas. Namun, ketika tidur, ia tak lagi dibebani oleh persepsi inderawi; akibatnya, apapun yang ada dalam jangkauan cakrawala berpikir alamiahnya akan muncul.
Di sini, meskipun indera tidak aktif karena tidur, imajinasi menggantikannya. Karena alasan inilah bahwa apa yang dilihat orang dalam mimpinya diselubungi oleh selimut simbol-simbol imajinasi; ia tidak sepenuhnya jelas dan terungkap. Ia tidak terlepas dari tabir dan penghalang. Tetapi, ketika orang meninggal dunia, baik imajinasi maupun indera akan musnah. Dan akan dikatakan kepadanya, “Telah Kami singkap tabir dari dirimu. Hari ini penglihatanmu tajam” (QS 50: 22). Ia akan menjawab, “Tuhanku, kami telah melihat dan mendengar. Kembalikan kami; kami akan berbuat kebaikan” (QS 32: 12).
(2) Yang kedua adalah bahwa siapapun yang memiliki pikiran kuat dan kecerdasan pasti mendengar suara batin dalam hatinya. Suara tersebut tidak datang dari persepsi inderawi; alih-alih, ia muncul di dalam hati dan tidak diketahui dari mana asalnya.
Dari semua ini, orang bisa mengetahui bahwa tidak semua pengetahuan berasal dari indera; dan ia mengerti bahwa hati tidak berasal dari alam ini, namun dari alam atas. Pancaindera yang diciptakan untuk salah satu alam pasti menjadi tabir antara seseorang dengan alam atas. Kecuali ia melepasnya, ia tidak akan menemukan jalan menuju alam tersebut. (*)
Muhammad Ma‘mun, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah, Silo, Jember. Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep.
————
Kimiya-yi Sa’adat, yang biasa diterjemahkan menjadi Kimia Kebahagiaan, bukanlah karya yang asing bagi para pembaca Imam al-Ghazali di tanah air. Karya ini sudah diterjemahkan berkali-kali ke dalam bahasa Indonesia.
Sayangnya, terjemahan ini dipungut dari edisi ringkasnya, biasanya dari bahasa Arab atau dari terjemahan bahasa Inggris yang dikerjakan oleh Claud Field. Terjemahan yang terakhir, seperti yang dijelaskan oleh penerjemahnya, dikerjakan dari terjemahan Bengali-nya yang ringkas. Dus, terjemahan dari terjemahan.
Padahal, edisi asli kitab ini dalam bahasa Persia 2 jilid tebal. Struktur babnya sama dengan Ihya’ ‘Ulum ad-Din, yang terdiri dari 40 buku. Keempat puluh buku dalam Kimiya-yi Sa’adat bisa dibilang merupakan versi padat dari 40 buku Ihya’.
Hal lain yang membedakan Kimiya-yi Sa’adat dengan Ihya’ adalah bab-bab pendahuluannya yang panjang: terdiri dari 4 topik. Keempat topik ini lebih panjang dan lebih filosofis dari buku ke-21 dan ke-22 Ihya’.
Pembicaraan yang teoretis dan filosofis ini mengisyaratkan bahwa Kimiya ditulis untuk kaum terpelajar dan cendekiawan Persia yang tidak bisa berbahasa Arab.
Pada bulan Ramadhan ini, saya ingin berbagi hasil terjemahan saya atas mukadimah Kimiya-yi Sa’adat yang saya ambil dari versi Inggrisnya yang dikerjakan oleh Jay R. Cook. Untuk kepentingan kawan-kawan, terjemahan saya buat selonggar mungkin, dan dalam beberapa kesempatan atau berseri, lebih merupakan parafrase dari terjemahan literal. Semoga bermanfaat! (*)