Gandeng MUI, Gubernur Khofifah Inisiasi Gerakan Swasembada Bawang Putih

Gubernur Khofifah Indar Parawansa bersama Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Bukhori menghadiri seremoni panen perdana bawang putih lokal di Desa Sempol Kecamatan Ijen Kabupaten Bondowoso, Sabtu, 3 Agustus 2019 (santrinews.com/istimewa)

Bondowoso – Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama Pusat Inkubasi Bisnis Syariah Majelis Ulama Indonesia (Pinbas-MUI) Jawa Timur tengah gencar menggalakkan penanaman bawang putih guna menuju swasembada bawang putih di Jatim.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, hampir 95 persen kebutuhan bawang putih di Jawa Timur dipenuhi dengan cara mengimpor dari negara lain, terutama Tiongkok.

Kebutuhan bawang putih Jatim yang mencapai 56.580 ton pertahun, kata Khofifah, hanya mampu dicukupi dari produksi lokal sebanyak 3.040 ton setiap tahunnya.

“Padahal potensi sektor pertanian Jawa Timur tidak bisa dikatakan minim. Justru sebaliknya, potensi pertanian Jatim besar dan melimpah,” kata Khofifah saat menghadiri panen perdana bawang putih di Desa Sempol, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso, Sabtu 3 Agustus 2019.

Baca juga: Mulai Maret, Khofifah Cairkan Bosda Madin dan Gratiskan SPP

Meski kualitas bawang putih lokal ini masih butuh dilakukan peningkatan, Khofifah optimistis bahwa ini akan inisiasi kesuksesan swasembada bawang putih Jawa Timur ke depan.

“Keputusan Menteri Pertanian, mewajibkan bagi siapa yang mengimpor bawang putih maka harus diikuti dengan menanam 5 persen,” kata Khofifah.

“Mungkin tidak semua punya lahan, tidak semua mempunyai kemampuan menanam, maka melalui Pinbas MUI Jawa Timur menginisiasi bahwa kita sangat memungkinkan untuk swasembada bawang putih,” sambungnya.

Baca juga: Dinilai Tulus Layani Kemaslahatan Umat, Kiai Sepuh Tarekat Dukung Khofifah

Khofifah mengungkapkan, Pinbas MUI Jawa Timur bekerja sama dengan Perhutani Divre Jawa Timur menanam bawang putih di 41 hektar lahan Perhutani. Sedangkan untuk penanaman bawang putih, melibatkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).

Pada hasil panen perdana ini, Khofifah mengakui, kualitas bawang putih yang dihasilkan belum sebaik bawang putih yang biasa diimpor dari Tiongkok. Untuk itu dibutuhkan adanya peningkatan kualitas dengan sentuhan teknologi pertanian dan bibit yang unggul.

“Kalau kita bisa mendapat bibit yang baik, teknologi yang sesuai dengan topografi tanah, dan ada pendampingan sejak mulai penanaman, maka bukan tidak mungkin kita bisa swasembada bawang putih ke depannya,” tegasnya.

Baca juga: Ingin Sejahtera, AHY: Kaum Perempuan dan Anak Muda Harus Pilih Khofifah

Meski kurang bisa bersaing lantaran ukurannya yang masih terlalu kecil, Khofifah optimis bawang putih jenis ini masih akan laku jika dijual untuk bahan obat-obatan. Atau paling tidak mencukupi kebutuhan bawang putih lokal.

“Hari ini sedang ada calon investor yang akan berinvestasi di sektor hortikultura, mereka sudah keliling Jawa Timur tiga hari ini, saya sudah WA beliau dan mengirimkan foto-foto bawang putih lokal kita,” kata Khofifah.

Khofifah menugasi langsung pejabat Pemprov Jawa Timur untuk membawakan bawang putih Bondowoso ini pada calon investor tersebut. Dengan begitu ia berharap akan ada teknologi pertanian yang diterapkan untuk peningkatan kualitas bawang putih lokal Jawa Timur.

“Bibit, teknologi, pendampingan. Tiga hal ini harus ada dalam mengintervensi sektor pertanian kita. Bibitnya kita siapkan, teknologinya kita bantu, dan pendampingannya kita lakukan,” tandasnya.

Jika inisiasi penanaman bawang putih lokal ini diintroduksi dengan baik, penyediaan lahan juga mencukupi, maka dikatakan Khofifah, LMDH di sekitar Ijen, Bondowoso akan mendapatkan ruang percepatan penyejahteraan ekonomi.

Baca juga: Tinggalkan Gus Ipul, Para Kiai Banyuwangi Berbalik Dukung Khofifah-Emil

Ketua Pinbas-MUI Jawa Timur Wahid Wahyudi mengatakan panen perdana bawang putih ini adalah hasil budidaya Pinbas-MUI Jawa Timur. Ini bukti nyata bahwa kini MUI bukan hanya berurusan dengan fatwa dan akhlak, melainkan juga mengembangkan sayap di sektor ekonomi riil.

“Kebutuhan bawang putih Jawa Timur per tahun sekitar 56.580, sedangkan kemampuan produksi bawang putih Jawa Timur hanya 3.040 ton saja. Sehingga 94.4 persennya diimpor dari luar negeri, terbanyak dari Tiongkok,” tegas Wahid.

Bawang putih impor secara fisik butirannya lebih besar. Dan harganya lebih murah, senilai Rp 22 ribu perkilogramnya. Sedangkan bawang putih lokal dengan kualitas yang diketahui, harganya Rp 50 ribu perkilogramnya.

“Dari segi bisnis memang kalah. Tapi sekarang ada kewajiban bagi pengimpor bawang putih untuk menanam 5 persen dari jumlah bawang putih yang diimpor,” katanya.

Untuk itu, dikatakan pria yang juga Asisten II Setdaprov Jawa Timur itu, dari 41 hektar yang ditanami 12 hektar diantaranya belum panen. Luasan 12 hektar bawang putih tersebut sengaja dipanen terlambat untuk dikembangkan sebagai bibit bawang putih baru. (rus/onk)

Terkait

Daerah Lainnya

SantriNews Network