Pengasuh Pesantren Buntet: Hanya di Indonesia Lafadz Awliya Diartikan Pemimpin

Pengasuh Pesantren Buntet, KH Adib Rofiuddin (santrinews.com/ist)
Cirebon – Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren, KH Adib Rofiuddin mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama alumni Buntet Pesantren yang ada di Jakarta dan sekitarnya, untuk bisa berfikir jernih dalam menanggapi polemik tafsir surat Al-Maidah Ayat 51 tentang pemimpin nonmuslim.
Kiai Adib menjelaskan, makna dari lafadz “awliya” yang terdapat dalam ayat tersebut, di berbagai Negara diartikan sebagai kolega atau sahabat. Hanya di Indonesia saja yang mengartikan lafadz itu dengan arti pemimpin. Selain itu, memaknai sebuah ayat juga, harus dilihat dari Asbabun Nuzul ayat tersebut.
“Jangan hanya melihat ayatnya saja, tapi juga asbabun nuzulnya juga,” kata Kiai Adib.
Asbabun Nuzul surat Al-Maidah ayat 51, kata Kiai Adib, diawali saat Rasulullah dengan orang-orang Yahudi melakukan perjanjian untuk membayar Jizyah. Namun dalam perjanjian tersebut, ternyata orang Yahudi melakukan pengkhianatan, sehingga turunlah ayat tersebut.
“Sehingga, ayat ini sebenarnya diterapkan untuk orang yang berkhianat,” kata Kiai Adib.
Walaupun begitu, Kiai Adib mempersilahkan kepada seluruh alumni untuk bebas memilih calon gubernur dari manapun. Tapi beliau meminta, kepada para alumni, untuk tidak sampai ikut terlibat dalam polemik yang saat ini berkembang. Beliau menginginkan, alumni Buntet Pesantren menjadi salah satu perekat persatuan bangsa, bukan menjadi penyebab retaknya umat.
“Mau milih Ahok silakan, tidak memilih Ahok silakan. Kalau setuju dengan Ahok, jangan teriak-teriak yang bisa membuat konflik, begitu juga yang tidak setuju pada Ahok. Yang terpenting adalah persatuan rakyat Indonesia tetap terjaga,” tegasnya.
Polemik tafsir Surat Al Maidah Ayat 5 itu bermula dari pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Thajaj Purnama (Ahok) di Kepulauan Seribu beberapa waktu lalu. Polemik itu cukup membuat perdebatan sengit di masyarakat. Bahkan tidak sedikit perdebatan tersebut berujung gesekan-gesekan yang berpotensi menimbulkan konflik dan terpecah belahnya rakyat Indonesia. (us)
Sumber: buntetpesantren.org