Jelang Ramadhan 1434 H
Masjid Agung Solo Akhiri ‘Dualisme’ Shalat Tarawih

Shalat tarawih berjamaah - ilustrasi
Surakarta – Takmir Masjid Agung Solo, Surakarta akan mengubah pelaksanaan shalat tarawih pada Ramadhan tahun ini. Mereka akan menyatukan semua jemaah, baik yang melaksanakan delapan rakaat maupun yang meyakini 20 rakaat.
Selama ini, Masjid Agung Surakarta menyelenggarakan dua shalat tarawih pada setiap malamnya. “Jemaah yang melaksanakan 20 rakaat menggelar tarawih di bangunan utama,” kata Sekretaris Takmir Masjid Agung, Abdul Basyid, Senin, 8 Juli 2013, seperti dilansir Tempo.co. Di saat yang sama, mereka juga menggelar tarawih delapan rakaat yang dipusatkan di serambi masjid.
Menurut Basyid, hal tersebut sudah berlangsung selama puluhan tahun. Kebijakan menggelar dua tarawih dalam satu malam itu diambil untuk mengakomodir semua pendapat yang berbeda mengenai jumlah rakaat shalat tarawih.
Sedangkan pada Ramadan kali ini, mereka akan mulai menyatukan keduanya. Meski demikian, mereka tetap berupaya mengakomodir dua kelompok tersebut. “Jemaah yang ingin 20 rakaat silakan. Yang ingin delapan rakaat ya monggo,” katanya.
Menurut Basyid, mereka akan menyiapkan satu imam yang akan memimpin tarawih selama 20 rakaat. Jemaah yang terbiasa tarawih dengan delapan rakaat bisa berhenti di tengah jalan saat imam menyelesaikan rakaat kedelapan.
“Kami juga akan memberikan waktu bagi mereka untuk shalat witir sebelum imam melanjutkan lagi,” katanya.
Shalat tarawih tersebut, menurut dia, akan dipimpin oleh imam yang hafal Al-Quran. Setiap hari, imam akan membacakan satu juz dalam surat yang dibacanya. “Sehingga selama bulan Ramadhan kami bisa menghatamkan Quran,” kata Basyid.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Surakarta, H Zaenal Arifin Adnan, menyebut bahwa perubahan itu merupakan sikap toleran terhadap perbedaan pendapat. “Meskipun, cara yang lama sebenarnya juga menunjukkan hal yang sama,” katanya. Sebab, selama ini dua kelompok jemaah tersebut bisa saling menghargai.
Menurut dia, masjid sebesar Masjid Agung memang harus bisa mengakomodir semua kalangan yang memiliki perbedaan pendapat. “Masing-masing memiliki dasar dan dalil yang diyakini,” kata Zaenal.
Masjid Agung Surakarta merupakan salah satu masjid tertua di Kota Solo. Masjid tersebut berada di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta. Masjid itu didirikan oleh Sunan Paku Buwana III pada tahun 1763 Masehi. (ahay/saif).