Kemenag Bentengi Santri dari Ideologi Transnasional
Jambi – Pondok pesantren di Indonesia mampu menciptakan generasi muda Islam berkarakter santun, cerdas berfikir rasional dan tidak melakukan tindak kekerasan dengan mengatas-namakan agama.
Untuk menciptakan generasi muda Islam berkarakter seperti itu, seluruh pesantren di Indonesia perlu meningkatkan pengajaran mengenai pengetahuan, pemahaman dan pengamalan kitab kuning atau literatur Islam berbahasa Arab klasik.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pada pembukaan Musabaqoh Qira’atil Kutub (MQK) V Nasional 2014 di Pesantren As’ad, Seberang Kota Jambi, Provinsi Jambi, Rabu 3 September 2014.
MQK atau perlombaan kemampuan dalam membaca, memahami dan mengungkapkan kandungan kitab kuning tersebut diikuti 1.226 peserta dari seluruh Indonesia. Turut hadir pada pembukaan MQK, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus.
Menurut Lukman Hakim, munculnya generasi muda Islam yang kurang memiliki cara berfikir rasional serta kurang berjiwa nasionalis banyak disebabkan minimnya pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap nilai-nilai luhur kibat-kitab klasik berbahasa Arab. Pemahaman yang tidak menyeluruh dan mendalam mengenai ajaran Islam tersebut kerap membuat generasi muda Islam, termasuk yang menempuh pendidikan di pesantren terbawa arus pemikiran tidak rasional.
“Kondisi demikian membuat pondok pesantren menjadi sorotan yang serius selama ini. Ponpes menjadi sorotan karena sering dikaitkan dengan kasus terorisme maupun gerakan transnasional yang tumbuh di Tanah Air belakangan ini,” tandasnya.
Untuk membangun pesantren menjadi tempat penempaan generasi muda Islam atau santri berkarakter santun, cerdas, berfikir rasional dan berjiwa nasional, Kementerian Agama terus berkomitmen mendukung dan mengoptimalkan peranan pesantren dalam memperkokoh ideologi bangsa.
“Kementerian Agama terus berkomitmen membentengi para santri dari bahaya ideologi transnasional,” katanya.
Lukman Hakim mengatakan, pesantren di Indonesia selama ini merupakan lembaga pendidikan Islam yang mampu mencetak para pemimpin bangsa berjiwa nasionalis.
Selain itu pesantren di Indonesia juga termasuk lembaga pendidikan Islam yang tidak lapuk oleh gerusan zaman. Bahkan pesantren selalu bisa mengikuti perkembangan zaman, sehingga pesantren banyak melahirkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas serta berkarakter santun, cerdas dan memiliki pemikiran rasional di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia.
Beberapa pemimpin bangsa Indonesia yang lahir dari pesantren, diantaranya KH M Hasyim Asy’ari, KH Zainal Mustofa, KH Wahid Hasyim dan mantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid.
“Melihat betapa besarnya peran ponpes dalam mencetak pemimpin dan SDM berkualitas bangsa Indonesia, sudah sewajarnya pemerintah mengakui peran besar ponpes dalam memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia,“katanya.
Menurut Lukman Hakim, penyelenggaraan MQK V Nasional 2014 di Kota Jambi bisa berlanjut setiap sekali dua tahun seperti yang telah dilaksanakan selama ini.
Peningkatan minat peserta MQK selama ini membuktikan bahwa minat para santri di Indonesia dalam membaca dan memahami kitab kuning sebagai sumber akademik dunia pesantren Indonesia semakin tinggi.
“Karena itu pemerintah dan masyarakat Indonesia menaruh harapan besar kepada santri-santri yang tengah belajar di pondok pesantren agar kelak bisa memberi kontribusi dalam memajukan pembangunan bangsa dan negara Indonesia yang kita cintai ini,“katanya.
Dikatakan, untuk meningkatkan pendidikan di pesantren, Pemerintah melalui Kementerian Agama telah membuat sejumlah aturan yang memposisikan pesantren setara dengan pendidikan umum.
Di antaranya, dimasukkannya ponpes dalam Undang-undang (UU) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang kemudian dikukuhkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
Kemudian Kementerian Agama telah menerbitkan Peraturan Kementerian Agama Nomor 13 tahun 2014 tentang Pendidikan Keagamaan Islam.
Sementara itu, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus pada kesempatan tersebut mengatakan, pelaksanaan MQK di Seberang Kota Jambi memberi nuansa tersendiri dalam mengembalikan kenangan dan kejayaan Islam di Seberang Kota Jambi. Selama ini Seberang Kota Jambi menjadi pusat pembelajaran agama Islam khususnya bagi masyarakat Jambi sendiri.
“Kami tidak bisa melupakan Seberang Kota Jambi yang terkenal dengan sebutan kota santri. Seberang Kota Jambi merupakan lumbung ilmu agama dan lumbung kiai di Jambi,“katanya.
Dikatakan, Pemerintah Provinsi Jambi memberikan perhatian besar dalam pengembangan pesantren. Perhatian tersebut ditandai dengan pemngalokasian anggaran yang cukup besar untuk pesantren di daerah itu selama ini.
Untuk tahun 2014, bantuan pembangunan pesantren yang diberikan Pemprov Jambi mencapai Rp 5 miliar. Bantuan tersebut meningkat dibandingkan tahun 2013 sekitar Rp 2,9 miliar. (sp/jaz)