Kongres PMII XVIII
Peserta Terlantar, PB PMII Dinilai Tak Peduli Kader

Para peserta Kongres PMII XVIII tengah mengikuti Istighasah Akbar di Gelora Kota Baru Jambi (dpk/santrinews.com)
Jambi – Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) XVII di Jambi diwarnai berbagai kericuhan. Kericuhan ini dinalai bersumber dari ketidaksiapan panitia, baik panitian lokal panitia maupun panitia nasional. Kegagalan panitia mengkonsep acara akbar ini sudah terlihat sejak awal acara.
Ketua Umum Pengurus Koordinator Cabang PMII Jawa Timur Ahmad Junaidi mengutarakan kekecewaannya terhadap panitia. Panitia dengan sengaja berusaha memecah kader-kader PMII.
Ia menilai, kongres yang seharusnya sebagai media untuk mempertemukan kader-kader se-Indonesia untuk memunculkan sebuah ikatan emosianal menjadi gagal. Desentralisasi yang dilakukan Pengurus Besar PMII sebagai fasilitator acara menghambat proses pendidikan kader dalam memahami mekanisme persidangan.
Persidangan, kata Junaidi, merupakan kebutuhan inti dari sebuah organisasi. “Konsolidasi para pengurus cabang pun terkendala,” tegasnya.
Menurut dia, Kongres digelar bukan sekadar untuk memilih ketua umun baru, melainkan yang terpenting adalah bagaimana mempertemukan seluruh kader PMII se-Indonesia untuk membentuk satu frame yang sama. “Sehingga kader-kader PMII memiliki satu ikatan emosional dalam rangka membangun arah gerak PMII kedepan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Junaidi beranggapan bahwa terselenggaranya rapat tertinggi di PMII ini poisisi PB PMII sejatinya hanya sebagai mediator. “Ini acaranya cabang-cabang se-Indonesia, PB hanya sebatas sebagai penyedia saja, jadi PB seharusnya menyediakan seluruh fasilitas yang dibutuhkan cabang-cabang untuk mensukseskan acara ini bukan malah sebaliknya.” Katanya kesal.
Ketidakpedulian PB PMII dalam proses kaderisasi, menurut Junaidi, sangat tampak. “PB sudah mulai lupa arti penting dari kongres. Mereka justru cenderung pada kepentingan pribadi atau kepentingan beberapa oknum yang dengan sengaja ingin memecah kader-kader PMII,” tandasnya.
Kondisi ini, sambung Junaidi, tidak bisa dibiarkan terus berlanjut. Sudah banyak gesekan yang terjadi sejak awal kongres ini berlangsung. Bila kongres ini tidak selesai tepat waktu, maka justru akan lebih mnyengsarakan kader-kader yang berasal dari seluruh pelosok Nusantara.
“Kita merasakan bagaimana jauhnya Jambi, dengan perjalan berhari-hari memakan banyak tenaga dan juga menghabiskan banyak biaya. Jika kongres ini molor maka peserta akan kehabisan akomodasi,” ungkapnya.
Hal ini, menurutnya, akan membuka peluan bagi para calon untuk melakukan berbagai transaksi suara, yang berakibat pada kaderisasi di PMII menjadi ternodai.
“PB telah gagal dalam pembentukan kader dan ini harus segera dihentikan. Dan saya rasa seluruh kader dari cabang manapun merasakan itu. Sudah saatnya kader-kader PMII untuk bangkit dan melawan.” pungkasnya.
Sekadar diketahui, acara berlangsung mulai Jumat 30 Mei lalu, kongres diwarnai kekacauan. Mulai dari aksi pembakaran hingga pada aksi tuntutan cabang se-Jawa Timur. Tuntutan mereka dipicu oleh satu masalah yang sama yakni ketidaksiapan panitia menggelar kongres. (her/ahay).