Meski PWNU Memaafkan, FPI Laporkan Produsen Sandal Berlafaz “Allah” ke Polisi
Bos PT Pradipta Perkasa Makmur, Liem Long Hwa (tengah) bersama Ketua PWNU Jatim KH M Hasan Mutawakkil Alallah didamping Ketua PW GP Ansor Jatim Rudi Tri Wahid, menyampaikan permintaan maaf (santrinews.com/mahrus)
Surabaya – Ormas Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur melaporkan PT Pradipta Perkasa Makmur produsen sandal berlafal “Allah” ke Polda Jatim, Kamis, 15 Oktober 2015.
Meski pihak produsen sudah meminta maaf, menurut FPI, produk sandal itu tersebut telah menyebar luas di masyarakat adalah dinilai sebagai bentuk pelecehan dan penistaan simbol agama Islam.
“Kasus hukum harus diusut. Sandal berlafal Allah sudang kadung menyebar,” kata Ketua FPI Jawa Timur Habib Haidar Al Hamid di Mapolda Jatim.
Haidar mendaftarkan laporan ke SPKT Polda Jatim bersama sejumlah pengurus FPI Jatim lainnya. FPI juga menunjukkan bukti cetakkan sandal yang menyerupai kaligrafi mirip Surat Al Ikhlas.
“Di cetakan ini jelas ada kalimat ‘Qul Huwallaahu Ahad’, ‘Allaahus Shomad’, dan ini ‘Lam yalid Wa Lam Yuulad’,” ujarnya. Sehingga yang dilakukan oleh produsen sandal adalah melanggar UUD 1945. “Kami minta Polda mengusut tuntas sampai ke aktor intelektualnya,” sambungnya.
Meski PT Pradipta Perkasa Makmur sudah meminta maaf didampingi PWNU Jatim, menurut Haidar, bukan berarti kesalahannya diampuni. “Mereka tetap melanggar hukum penistaan agama dan proses hukumnya harus tetap jalan,” tegasnya.
Dia yakin bahwa hingga saat ini PT Pradipta Perkasa Makmur masih terus memproduksi produk sandal dan tidak langsung berhenti begitu saja. Produksi sandal yang harganya di pasaran adalah Rp 10.000 per pasang itu sudah diproduksi lebih dari 100.000 pasang sejak 2014 ke seluruh Indonesia.
Selasa, dua hari lalu, bos PT Pradipta Perkasa Makmur, Liem Long Hwa meminta maaf kepada seluruh umat Islam dengan didampingi pengurus PWNU Jatim karena memproduksi dan mengedarkan sandal yang meresahkan masyarakat.
Selain berjanji akan menghentikan produksi, sandal yang sudah telanjur beredar di pasaran dan sampai ke tangan konsumen akan ditarik. Perusahaan akan menggantinya dengan desain sandal yang baru.
Long Hwa mengaku tak tahu jika cetakan alas sandal yang diproduksinya bertuliskan lafal ‘Allah’. Sebanyak 10 ribu pasang sandal berlafal Allah dari berbagai warna dibakar di depan kantor PWNU Jatim. (rus/onk)