Muktamar NU

Jaga Marwah Kiai, Gerakan Pemuda Ansor Siap Amankan Sistem Ahwa

Ketua Umum PP GP Ansor, Nusron Wahid (santrinews.com/hady)

Jakarta – Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) siap mengamankan keputusan Munas Alim Ulama Nahdlatul Ulama (Munas NU) yang menyepakati mekanisme pemilihan Rais ‘Aam Syuriyah PBNU dengan metode ahlul halli wal aqdi (Ahwa) pada Muktamar ke 33 NU di Jombang, 1-5 Agustus mendatang.

Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor, Nusron Wahid mengatakan, sistem Ahwa tersebut sudah diputuskan dalam Munas Alim Ulama NU yang merupakan forum tertinggi setelah muktamar, serta dihadiri oleh 27 dari 34 pengurus wilayah NU ditambah anggota pleno PBNU yang terdiri dari pengurus harian Syuriyah, Tanfidziyah, A’wan, dan Mustasyar, serta Ketua Lembaga, Lajnah dan Badan Otonom.

Karena itu, menurut Nusron, tidak ada alasan bagi siapapun yang mengatasnamakan NU untuk menolaknya.

“Kalau ada yang tidak setuju, kenapa tidak hadir dan berargumentasi di depan para kiai? Di depan para syuriyah yang lain? terutama di depan para kiai sepuh?,” kata Nusron, di Jakarta, Kamis 18 Juni 2015.

Nusron mengingatkan kembali bahwa pemimpin tertinggi di NU itu adalah Syuriyah. Sementara Tanfidziyah hanyalah pelaksana organisasi. Untuk itu, dia mempertanyakan jika posisi Syuriyah hanya dikerdilkan soal keagamaan.

“Syuriyah itu pemimpin tertinggi di NU, yang punya bawahan namanya tanfidziyah. Jangan malah sebaliknya syuriyah diatur tanfidziyah,” ujarnya.

Dengan posisinya sebagai pemimpin tertinggi di NU, lanjut dia, maka tidak sepatutnya ketika Munas yang mereka gelar dipertanyakan hanya karena tanpa adanya Konbes.

“Apa tidak diperbolehkan para syuriysh kumpul dan membahas masalah syuriyah tersendiri?,” ungkapnya.

Nusron merasa perlu menegaskan itu karena seharusnya kalau sudah keputusan para kiai dalam munas bahwa mekanisme pemilihan Rais ‘Aam Syuriyah dengan sistem Ahwa maka semuanya wajib mendengar dan mentaati.

“Toh dengan metode Ahwa tidak ada yang dilanggar. Dalam AD/ART memang diputuskan bahwa pemilihan Rais ‘Aam itu dengan musyawarah mufakat dan atau pemilihan. Kalau kiai-kiai sudah memutuskan untuk jalan mufakat melalui mekanisme Ahwa ya harus kita amankan,” tukasnya.

Atas adanya pihak yang masih memprotes, Nusron justru balik mempertanyakan apa sebenarnya yang dipersoalkan.

“Lagi pula yang membedakan apa? Wong biasanya Syuriyah memilih satu nama, sekarang merekomendasikan 9 nama untuk jadi Ahwa. Dan 9 nama itu juga dengan syarat-syarat yang ditentukan para kiai,” tegasnya.

Sikap tegas GP Ansor tersebut merespons adanya pihak yang dinilainya berupaya mementahkan apa yang telah menjadi Munas Alim Ulama NU terkait dengan mekanisme pemilihan Rais ‘Aam pada Muktamar ke-33 NU di Jombang nanti.

Salah satunya adalah seperti yang disampaikan oleh Rais Syuriah Pengurus Wilayah NU Nusa Tenggara Timur, KH Abd Kadir Makarim. Menurut dia, Munas itu sedikit aneh alias tak lazim dan berdekatan dengan waktu Muktamar. (us/onk)

Terkait

Nasional Lainnya

SantriNews Network